Ilustrasi sampah

Sekadar Sampah Pemilu

Pertama, jika merujuk pada KBBI, maka kata sampah dapat berarti barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya, atau pun bisa berarti hina. Sementara kata sekadar adalah bentuk baku dari kata yang mungkin lebih banyak dipergunakan, yakni sekedar.

Kedua, pada sebuah penelitian yang berjudul The Global Disinformation Order: 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation, salah satunya disimpulkan sebagai berikut:

Media sosial, yang pernah digembar-gemborkan sebagai kekuatan kebebasan dan demokrasi, kini semakin mendapat sorotan karena perannya dalam memperkuat disinformasi, memicu kekerasan, dan menurunkan tingkat kepercayaan terhadap media dan lembaga demokrasi.

Ketiga, Pemilu Tahun 2024 sudah semakin dekat. Dinamika dan tensi politik normalnya akan semakin tinggi. Tidak hanya untuk peserta dan penyelenggara, namun juga sampai ke masyarakat. Antar pendukung, atau sekedar penonton. Kuat sekali dugaan, bahwa dunia maya, khususnya media sosial dan aplikasi pesan instan akan semakin riuh dalam rangka Pemilu 2024.

Pemilu 2019 lalu memperkenalkan istilah buzzer atau pendengung secara massif. Berdasar hasil riset yang sama, perannya di Indonesia juga dipergunakan oleh politisi dan/atau partai politik. Karena, meskipun dalam politik tidak ada hal baru dalam propaganda, kemampuan teknologi jejaring sosial – algoritma, otomatisasi, dan data besar – mengubah skala, cakupan, dan ketepatan cara penyampaian informasi di era digital.

Buzzer bukan satu-satunya pihak yang berperan. Mereka hanya bagian dari sebuah pasukan siber yang lebih besar dan memiliki sejumlah metode dan strategi komunikasi. Peperangan dalam era digital memang memerlukan sumber daya yang tidak sedikit atau kecil. Namun perlu diingat, sebagaimana hal lain, pasukan siber beserta para buzzer tidak sepenuhnya buruk.

Namun, meskipun tidak seluruhnya para pasukan siber dan buzzer itu buruk, namun jika yang dilakukan dalam Pemilu adalah penyebarluasan disinformasi, menghasilkan polarisasi politik yang buruk, menurunkan kualitas diskusi publik, dan mengancam kepercayaan publik, maka sebagaimana beberapa kali disampaikan langsung kepada publik melalui beberapa forum, bagiku pribadi mereka sekadar sampah Pemilu.

Kemudian silakan saja untuk memaknai sampah Pemilu itu. Ada dua pilihan. Apakah menjadi sesuatu yang dibuang karena tidak terpakai, atau hina. Namun juga perlu diingat, bahwa bisa jadi sesuatu itu tidak terpakai dan dibuang oleh seseorang, akan ada orang lain yang dapat memanfaatkan. Salah satunya pemulung. Jika itu sesuatu yang hina, maka hanya diri sendirinya yang dapat menolong. Silakan pilih sendiri.

Salam. Bahagialah selalu...

Mhd Wahyu NZ © mwahyunz.id

Tinggalkan Komentar

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas