Berharap Sekadar Halimun

ilustrasi api dan kebakaran lahan
Ilustrasi api dan pembakaran sampah.

Prihatin dan ngeri juga ketika melihat foto betapa asap yang menyelimuti Bandara Syamsudin Noor, di Landasan Ulin, Kota Banjarbaru. Ikut merasa prihatin karena -alhamdulillah- sampai saat ini kawasan rumah tidak merasakan hal yang sama. Sekadar halimun, namun asap kebakaran lahan. Ngeri karena dapat membayangkan rasanya, sebab bertahun lalu juga merasakan hal yang sama.

Bagi yang tidak pernah mengalami, rasa rasanya akan sulit membayangkan pengalaman tidak enak itu. Namun jika mau mencoba sedikit mengalami, dapat kumpulkan sedikit rumput kering dan basah. Bakar seperti membakar sampah yang akan memunculkan asap. Dekatkanlah diri ke asap tersebut. Semakin pekat semakin dapat membayangkan rasanya. Itu jika mau.

Sekali lagi, rasanya dapat mengatakan tahun ini termasuk beruntung. Karena di daerah rumah kami tidak sepekat itu. Sesekali memang terasa lebih pekat, namun tidak sampai pekat sekali. Tidak sampai membuat pandangan terhalang dan menjadi pendek. Kalau dulu, ya pernah juga merasakan pandangan yang tersisa beberapa meter.

Kemarau kali ini memang luar biasa. Panjang dan begitu terasa menyengat panasnya. Suhu di dalam rumah rerata berkisar antara 32-33ºC. Gerah sekali rasanya. Bahkan sekali waktu pernah iseng melakukan percobaan yang tentu saja tidak ilmiah. Termometer dinding, yang tadinya di dalam rumah, ditaruh ke halaman. Tidak sampai 60 detik, suhu langsung meningkat menjadi ±35ºC.

Sementara ketika menuliskan ini, menjelang waktu subuh, garis penunjuk suhu berada pada kisaran 29,5ºC. Setidaknya ditafsirkan begitu. Karena air raksa berada di atas garis 29, di bawah 30. Sehingga bisa dimaklumi jika jendela kamar selalu berada dalam posisi terbuka. Demi mendapat angin dan udara segar. AC? Di rumah ini tidak menggunakannya. Lebih memilih aliran udara segar.

Karena bukan ahlinya, maka hanya bisa berdoa, semoga kabut asap yang berulang terjadi sudah sangat lama ini bisa segera diatasi. Rasa-rasanya tersedia beragam ahli atau pakar di negara ini. Mungkin termasuk pakar yang dapat memikirkan hal ini.

Jika memang tidak dapat diatasi, dan sudah berusaha, entah harus seperti apa. Setidaknya jaga lingkungan masing-masing. Masih ada pepohonan di depan rumah, dan lingkungan kawasan tinggal. Masih banyak burung bebas yang hinggap dan berkicau. Jika pun berkabut, dapat berharap bahwa itu sekadar halimun.

Ingatlah…

Jangan tutup Banjarbaru dengan besi dan beton. Kita masih perlu tanah dan pepohonan! © mwahyunz.id
Jangan tutup Banjarbaru dengan besi dan beton. Kita masih perlu tanah dan pepohonan! © mwahyunz.id

Salam,

Mhd Wahyu NZ

Berikan Komentar

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas