Ketika Bima diperintahkan oleh gurunya untuk menceburkan diri ke laut, maka Bima pun segera melaksanakan perintah tersebut. Setibanya di tepi laut, Bima ingat bahwa ternyata ia belum pamit kepada ibunya sehingga Bima memutuskan untuk kembali. Bima lalu kembali menemui ibunya, untuk pamit. Setelah itu, barulah Bima menuntaskan tugas dari gurunya.
Itu adalah salah satu kutipan dari perbincangan antara Cak Lontong dan Sujiwo Tejo. Disampaikan Sujiwo Tejo saat menanggapi cerita Cak Lontong yang membiasakan anaknya untuk pamit ketika akan pergi. Cerita dan tanggapan itu tidak berdiri sendiri, melainkan turunan dari bahasan sebelumnya. Bahasan tentang budaya/etika yang saat ini perlahan memudar.
Baik, rasa-rasanya rakyat di negara ini lebih banyak orang yang tahu siapa itu Cak Lontong dan Sujiwo Tejo. Perbincangan antara kedua orang tersebut terjadi dalam sebuah podcast yang berjudul “Serius Bareng Cak Lontong – Bima Berguru Baladewa | Mbah Jiwo” di kanal YouTube Sujiwo Tejo. Sebagaimana judulnya, isinya memang serius, bahkan mungkin sangat serius. Guyonan hanya selingan.
IMHO, podcast tersebut adalah terbaik (dari tanah air) yang pernah saya tonton selama ini. Apalagi semenjak banyak sekali figur publik bermain podcast. Ingat, ukurannya adalah pernah ditonton. Perbincangan yang benar-benar padat, bahkan bisa jadi akan ada yang merasa tertipu dengan bayangannya sendiri mengingat siapa yang bicara. Dikira banyak guyon ternyata benar-benar “mikiiiir…”.
Tidak banyak soal dunia hiburan yang dibincangkan. Bahkan dapat dikatakan obrolan lebih cenderung filosofis, yang sesekali ditingkahi dengan guyon. Cerita/kisah/guyon yang kadang disampaikan cenderung hanya menjadi pendukung substansi apa yang disampaikan. Katakanlah substansi tentang konflik, hak dan kewajiban, kesederhanaan, dan lain-lain. Benar-benar padat dengan caranya.
Podcast yang ditutup dengan pesan akhir Cak Lontong bahwa…
Hidup ini sederhana. Siapa yang bisa menjalani hidup ini dengan sederhana dalam hal apa pun, itu orang yang berpeluang melewati semua tantangan. Kesederhanaan itu melahirkan kebijaksanaan. Bukan kepintaran, bukan kekayaan. Kebijaksanaan akan berjalan sejajar dengan orang yang sederhana.
Cak Lontong
Selain itu, rasanya benar-benar pas dengan musik latar yang lamat-lamat terdengar mengiringi perbincangan, yakni instrumentalia lagu Pada Suatu Ketika (Titi Kolo Mongso). Jika belum, tapi mau, silakan tonton podcast-nya di situ.