Perbincangan itu terjadi di sebuah toko Komputer. ARLA namanya. Milik Pak Taman. Nama lengkap beliau Taman Tunis Handhiono. Salah seorang guruku saat SMA. Beliau mengajar Kimia, namun memiliki hobi komputer. Sehingga kemudian memiliki tempat kursus dan toko yang dinamakan ARLA. Saat ini toko itu sudah tidak ada. Karena Pak Taman sudah pindah kembali ke kampung halaman beliau.
“Kelak pada saatnya, saya hanya ingin memiliki ketenangan, Pak,” begitu kuucapkan pada beliau bertahun-tahun lalu. Sesekali aku memang berkunjung ke tempat beliau. Tidak selalu untuk membeli sesuatu, mungkin hanya sekadar mengobrol. Atau dalam keadaan kepepet, bisa juga ambil barang dulu, bayar kemudian. Tapi itu kalau dalam keadaan kepepet.
Perkara hanya ingin memiliki ketenangan itu kemudian beliau bahas. “Itu berarti kamu tidak dinamis,” begitu lebih kurang tanggapan beliau. Tanggapan yang kemudian memicu perbincangan lebih lanjut. Jika dibuat sebuah rumusan, maka mungkin substansi topik perbincangan saat itu adalah: membedah esensi eksistensi manusia guna merumuskan tujuan hidup yang paripurna. Agak berat.
Bertahun kemudian…
Jelang kepindahan Pak Taman kembali ke kampung halamannya, kami bertemu. Tetap di tempat yang sama. ARLA memang menjadi markas berkumpulnya sejumlah alumni SMAN 2 Banjarbaru. Tak kuduga, ternyata beliau masih mengingat perbincangan bertahun sebelumnya. Tentang ketenangan itu.
Apa yang beliau ucapkan membuatku kaget. “Ternyata kamu benar. Pada akhirnya kita memang hanya ingin memiliki ketenangan. Saat ini saya merasakannya,” ucap beliau padaku. Aku pun lalu tersenyum karenanya.
“Berarti sekarang kita sama, Pak,” sahutku, yang kemudian berlanjut ke perbincangan lain. Tentang rencana kepindahan beliau, yang salah satu motivasinya membuatku hormat dan terharu, yakni ingin dekat dan menemani ibu beliau.
Kemudian hari ini…
Tak sengaja mendengarkan seorang pendakwah menyampaikan bahwa adalah berbeda saat seseorang sudah ingin tenang. Ia sudah tidak lagi menginginkan menang dan senang. Itulah yang kemudian membuat teringat perbincangan lama dengan Pak Taman, yang kemudian dijadikan catatan di atas.
Aku pun masih tetap sama, tetap sekadar ingin tenang, dan berada dalam ketenangan. Juga perlu dimengerti bahwa tenang dan diam itu tidaklah sama. Karena setidaknya menurut KBBI, tenang itu juga berarti tidak gelisah: tidak rusuh; tidak kacau; tidak ribut; aman dan tenteram (tentang perasaan hati, keadaan).
Mungkin sebab itulah, sebagian kawan sangat tahu dan mengenal, bahwa aku memiliki sebuah frase yang kerap kali diucapkan dalam banyak keadaan atau kesempatan. Frase itu adalah: tenang saja.
Salam,