Sosialisasi dan Pendidikan Politik untuk Wanita bersama Badan Kesbangpol Kota Banjarbaru.

Seberapa Penting Perempuan Banjarbaru?

Sebenarnya diksi yang dipergunakan dalam acara adalah wanita, hanya saja dalam catatan ini lebih memilih menggunakan kata ‘perempuan’. Selain terasa lebih syahdu dan teduh, juga lebih menyeluruh daripada wanita.

Acara itu adalah sosialisasi dan pendidikan politik yang dilaksanakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Banjarbaru pada hari Selasa, 30 September 2025 lalu. Tepat sehari sebelum peringatan Hari Kesaktian Pancasila.

Tema yang diangkat adalah “Pentingnya aspirasi wanita dalam pembangunan daerah”. Karena mendapatkan giliran kedua berbicara, maka akhirnya kuputuskan untuk mengubah haluan pembicaraan. Tentu saja itu setelah mendengar dan menyimak paparan pertama yang disampaikan oleh Kepala Bakesbangpol, Pak Rizana Mirza.

Apa yang disampaikan kemudian diusahakan menjadi lebih kontemplatif, dan sedikit provokatif. Bahasa yang disampaikan adalah call to action. Sebab begitulah sosialisasi dan pendidikan politik. Ada yang ditujukan untuk menambah informasi, pun untuk ajakan bertindak. Porsi kedua itulah yang kuambil.

Kontemplasi pertama adalah terkait dengan aspek kuantitatif. Betapa selama beberapa tahun terakhir jumlah populasi perempuan di Kota Banjarbaru selalu lebih sedikit jika dibandingkan dengan laki-laki. Namun proporsi tersebut akan terbalik ketika bicara tentang data Pemilih dalam Pemilu atau Pilkada.

Pemilih perempuan di Kota Banjarbaru sampai dengan Pemilu dan Pilkada 2024 lalu, selalu lebih tinggi dari pada Pemilih laki-laki. Persentase partisipasi Pemilih perempuan pun lebih tinggi. Aspek kuantitatif yang berwujud angka-angka tersebut data yang tidak bisa diubah. Seharusnya itu dapat menggambarkan sesuatu.

Kontemplasi berikutnya adalah membiarkan para perempuan Banjarbaru sendiri yang menjawab sebuah pertanyaan sederhana, yakni seberapa penting perempuan Banjarbaru?

Fakta bahwa Wali kota Banjarbaru saat ini adalah seorang perempuan, dan saat ini terdapat 8 (delapan) orang atau ±27% anggota DPRD Kota Banjarbaru perempuan, apakah itu dapat menjadi dasar untuk memberikan jawaban penting atau tidaknya perempuan Banjarbaru?

Untuk itu, maka waktu dan tempat dipersilakan kepada para perempuan Banjarbaru untuk mencari tahu, apakah fakta-fakta tersebut telah mampu memberikan jawaban yang salah satu wujudnya adalah terakomodasinya aspirasi perempuan di Banjarbaru.

Mungkin dua hal itu saja yang disampaikan melalui catatan ini. Selain dan selebihnya, biarlah tetap berada dalam area serebrum para peserta. Demikian pula halnya terkait dengan hal-hal yang berbau provokasi, atau lebih tepatnya call to action.

Ketika kemudian dalam acara terdapat peserta yang dengan lantang mengajak perempuan Banjarbaru untuk bersatu dan nanti tidak memilih caleg laki-laki dalam Pileg, maka kupikir itu adalah bentuk ekspresi beliau. Itu juga sebuah semangat. Meski akan diuji pada banyak ruang diskusi dan aksi.

Ketika ada yang meminta tips bagaimana agar aspirasi perempuan didengar dengan baik, aku hanya memberikan sebuah tips yang sebenarnya mendasar. Yakni jangan sendiri. Harus ada gagasan, semangat, dan tindakan kolektif. Silakan perempuan Banjarbaru menyusun dan merapatkan barisan. Itu adalah hak.

Pada akhirnya, akan terpulang kepada para perempuan Banjarbaru sendiri dalam memandang diri dan perannya. Entah dalam peran politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Cara melihat dan mengapresiasi diri sendiri, adalah titik awal utama. Selanjutnya adalah perjuangan.

Salam.

Mhd Wahyu NZ

Ikuti » Kanal Telegram

Tinggalkan sebuah Komentar

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir Ke Atas