Perburuan Sate Gerobak yang Tertunda

Sate Gerobak © mwahyunz.id
Sate Gerobak, untuk menyatakan bahwa yang jualannya pakai gerobak. ©mwahyunz.id

Kalau dipikir-pikir, sate adalah salah satu menu pilihan di segala waktu. Pagi, siang, sore, dan malam, selalu ada dan tersedia. Tinggal mencari di mana tempatnya saja. Tapi jelasnya ada. Di sini, Banjarbaru, tapi agar tidak salah, persisnya dalam radius ±7km dari rumah ini, sejak pagi sekali itu sudah ada yang jual sate. Pakai gerobak. Ngetem di sisi jalan. Pada beberapa tempat. Mudah-mudahan di sekitar kediaman kawan² juga begitu.

Diawali oleh niat tulus untuk mengurangi konsumsi makanan yang digoreng, maka yang dibakar menjadi salah satu opsi. Waktu menanyakan kepada dokter spesialis saraf waktu itu pun perihal makan makanan yang dibakar, beliaunya menjawab dengan didahului jeda. Berpikir. Jawabannya kemudian diplomatis, “Ya tergantung bagaimana bakarnya.”

Jika soal menu satenya sendiri, sebenarnya secara pribadi tidak banyak pilihan. Hanya bisa mengkonsumsi sate ayam atau sate menjangan/kijang. Tidak bisa mengkonsumsi sate yang terbuat dari daging sapi atau kambing. Tapi tertarik mencoba sate daging unta. Khusus menu sate menjangan, sudah punya tempat langganan. Satu tempat di Banjarmasin, satu tempat lagi di Mandiangin.

Sementara untuk sate ayam, juga ada tempat penjual di mana biasanya beli dan menikmatinya. Masih di seputar wilayah Kota Banjarbaru. Tempatnya berupa warung yang menetap. Mulai buka biasanya jelang siang. Tidak pagi sekali. Sebab itulah terbersit keinginan untuk berburu sate yang buka pagi sekali. Mau mencoba dan membandingkan bagaimana rasanya. Siapa tahu suka sekali.

Jika ingin mencoba sate ayam yang jualannya buka dari pagi sekali, maka pilihan yang tersedia adalah melalui “Sate Gerobak”. Itu bukan istilah resmi, hanya istilah yang saat ini digunakan sendiri, untuk menyatakan bahwa yang jualannya pakai gerobak. Tempatnya mungkin tetap, tapi sarana utamanya tidak. Gerobaknya harus dibawa pulang oleh yang punya.

Beberapa waktu lalu sudah memulai perburuan sate gerobak ini. Tapi belum mencapai kesimpulan akhir. Sebab sate yang dicoba baru berasal dari sedikit sekali gerobak. Itupun hasilnya ada yang rasanya cenderung asin. Jelas tidak akan kembali ke sana. Tapi tentu, tidak akan disampaikan di mana yang asin itu. Kasihan nanti yang jualan. Intinya adalah, perburuan masih belum selesai. Harus dilanjutkan dengan bersemangat.

Tapi apa daya, sekarang lagi PPKM Level 4 di Kota Banjarbaru. Sudah memasuki hari ketiga. Perburuan sate gerobak menjadi tertunda. Karena untuk mencoba sate gerobak ini, yang menarik adalah sambil duduk bersama sang penjual, sambil ngobrol. Mampir, duduk, dan makan di pinggir jalan mana saja. Itu kelebihan suasananya yang bikin asyik.

Mungkin sekarang harus bersabar. Nanti dimulai lagi setelah level PPKM-nya turun. Dan, jika ada yang punya rekomendasi lokasi sate gerobak yang menarik untuk dicoba, boleh sampaikan melalui media apa yang bisa. Tapi harus berdasarkan pengalaman penikmat dan di wilayah Banjarbaru dan sekitarnya saja.

Sebagai akhir, perlu ditegaskan, bahwa sekalipun kusebut sate gerobak, maka dipastikan bahwa gerobaknya tetap baik-baik saja. Tidak ikut dibakar.

Salam,

Mhd Wahyu NZ © mwahyunz.id

Berikan Komentar

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas