Pecandu yang Berhasil Sembuhkan Dirinya Sendiri

Ilustrasi Pecandu Narkoba (Gb. Thinkstock/iStock)
Ilustrasi Pecandu Narkoba (Gb. Thinkstock/iStock)

Kami bertemu kembali setelah sekian tahun. Ketika tak sengaja berpapasan di pelataran sebuah toko di daerah Pasar Besar, Malang. Dia terlihat begitu segar, wajahnya cerah. “Aku sudah lama berhenti merokok, Yu”, demikian katanya. Itulah pertemuan kami kali terakhir. Sejak saat itu tidak pernah lagi bertemu dengannya. Mudah-mudahan suatu saat akan.


Sebelum itu, jauh bertahun sebelumnya…

Pada suatu ketika, kami sedang menunggu dosen memasuki ruangan. Masuklah kemudian seorang kawan, Mas Bro, sebut saja demikian. Ia mengenakan jaket. Kedua tangannya rapat sekali ke tubuhnya sendiri. Seperti orang yang sedang menahan dingin. Terdengar suara seorang kawan perempuan bertanya, “Kamu lagi sakit ya?”. Dijawab oleh Mas Bro bahwa benar ia sedang demam.

Aku yang sebelumnya hanya memperhatikan sekilas, berganti dengan memperhatikan serius. Mas Bro tahu aku memperhatikan. Aku pun tersenyum kepadanya. Mas Bro hanya diam. Kuliah pun berlalu dan selesai seperti biasa. Hari itu hingga siang juga berlalu seperti biasa. Peristiwa itu pun berlalu seperti tak ada hal yang istimewa. Tapi tidak pada sore harinya.

Sore harinya, Mas Bro tiba-tiba muncul di kos-kosan. Tak seperti tamu lain yang datang ke kos-kosan dan mengajak pindah paspor dulu itu, Mas Bro kuajak masuk ke dalam kamar kosku yang berukuran 3×3 m². Karena yakin ini tidak biasanya. Pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan dan perlu privasi lebih. Maka tidak mungkin di tempat terbuka.

Setelah mukadimah, terucaplah pertanyaan itu dari Mas Bro, “Yu, kamu ingat kejadian tadi di kampus?”. Aku paham, Mas Bro merujuk pada kejadian kedatangannya ke dalam ruang kuliah, dan disangka sedang sakit itu. Sebab itu kujawab bahwa aku ingat. “Sebenarnya aku sedang tidak sakit, Yu”, Mas Bro melanjutkan. “Iya, kamu sedang sakaw?” tanyaku. Mas Bro membenarkan.

Meluncurlah kemudian cerita dari Mas Bro. Betapa seluruh jenis narkoba sudah pernah masuk ke dalam tubuhnya. Bahkan ia juga memperlihatkan lengannya. Bagi yang tahu, tentu akan paham soal lengan ini. Mas Bro juga bercerita di mana ia sering nongkrong memakai narkoba. Tempat yang ternyata berseberangan dengan di mana aku biasanya nongkrong bersama penjual nasi goreng di tengah malam.

Mas Bro kemudian juga bercerita betapa ia ingin sembuh dari ketergantugannya pada narkoba. Tidak ingin lagi menjadi seorang pecandu. Ia ingin sembuh dengan usahanya sendiri, dan saat itu adalah masih dalam tahap di mana ia sedang merehab dirinya sendiri. Sebenarnya bukan ia sendiri, melainkan bersama dengan temannya yang bernasib sama. Mereka berdua memiliki keinginan yang sama. Tapi aku tak mengenal temannya itu.

Mas Bro mengisahkan apa yang ia lakukan untuk sembuh dari ketergantungan pada narkoba. Jika ia mulai merasa ketagihan, maka ia akan berjalan kaki. Ya, ia akan berjalan kaki ke arah mana saja. Bagaimanapun tubuhnya merasa, akan ia tahan, dan akan terus berjalan kaki. Kapan pun waktunya. Tujuannya, begitu sampai kembali ke tempat kos, ia akan tidak lagi memiliki tenaga. Kelelahan dan tidur.

Begitu terus yang ia lakukan. Mas Bro juga menceritakan apa yang dilakukan temannya untuk sembuh. Karena memiliki hobi utak-atik motor, maka jika sudah merasa ketagihan, temannya Mas Bro itu akan bongkar pasang mesin motornya. Sudah tak terhitung lagi berapa kali ia bongkar pasang motornya, kata Mas Bro. Terbayang betapa hebat perjuangan keduanya.

Apa yang membuat Mas Bro memiliki dan berusaha untuk sembuh? Ternyata itu adalah hal yang mungkin sederhana dan umum bagi banyak orang. Yakni juga ingin berkeluarga, ingin memiliki istri dan anak. Mas Bro tidak ingin anaknya mengalami hal yang sama, menjadi pencandu narkoba.

Waktu terus berlalu, dan Mas Bro terus berjuang. Usahanya berhasil. Ia berhasil lepas dari ketergantungannya pada narkoba. Bahkan untuk merokok pun sudah tidak lagi. Mas Bro berhasil dengan perjuangannya sendiri. Ia berhasil sembuh dengan caranya berjalan kaki. Tapi tidak sekedar berjalan, melainkan berjalan karena sebuah keinginan kuat. Aku merasa bahagia untuknya. Selalu.

Mas Bro, mudah-mudahan suatu saat kita bisa bertemu lagi.

Salam,

Mhd Wahyu NZ

Berikan Komentar

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas