Terung atau terong, atau dalam bahasa latinnya disebut Solanum melongena, sudah banyak dijadikan menu santapan. Umumnya menjadi pendamping lauk utama, seperti dijadikan sayur. Model masakannya juga bisa bermacam-macam. Ada yang berdiri sendiri, pun dicampur dengan bahan lainnya.
Demikian pula halnya dengan cara memasaknya, dari yang paling sederhana, sampai metode dengan yang lebih rumit. Paling tidak, memerlukan lebih banyak proses. Bagi yang pandai dan hobi memasak tentu tidak akan terkendala.
Paling sederhana ya digoreng. Jamak dijumpai terong goreng. Hanya saja tidak memilih itu. Penyebabnya sederhana, karena terong sangat menyimpan minyak jika digoreng. Sementara sudah beberapa waktu mengurangi konsumsi sesuatu yang digoreng. Meski tidak sepenuhnya mampu. Setidaknya sudah berusaha.
Ada pula yang dibakar, kemudian dicampur dengan santan. Tentu tidak santan semata. Juga tidak memilih ini. Bukan karena tidak suka atau menghindari santan. Melainkan faktor kombinasi yang kurang cocok di lidah. Ketika menggunakan santan, lebih suka menggunakan timun yang dikeruk. Syaratnya, harus disantap bersama ikan asin, biasanya sapat atau sepat goreng, atau telang.
Pilihan yang selalu diambil adalah terong bakar, hanya dibakar, tanpa dicampur apa pun. Lebih suka dan cocok dengan cara ini. Teman bersantapnya juga lebih fleksibel. Hanya saja berdasarkan kebiasaan lebih sering menyantapnya bersama ikan bakar, terutama patin bakar. Jika kerapu atau kakap bakar, yang notabene adalah ikan lain, rasanya lebih cocok dengan yang lain. Yakni oseng tauge.
Soal selera ini memang subjektif. Tergantung kepada kecocokan dengan lidah masing-masing. Pun tidak usah dibenturkan dengan khasiat atau manfaat terong yang akan hilang jika dimasak dengan cara yang keliru. Ini semata-mata soal pilihan rasa. Bukan pula soal enak atau tidak enak. Hanya soal kecocokan selera.
Jika perihal judul yang dibuat rumit, Solanum Melongena, ya itu sengaja saja. Biar terlihat agak keren dan dikira benar-benar menguasai seluk beluk per-terong-an. Padahal tidak sama sekali. Itu juga baru tahu barusan, sebelum menuliskan catatan yang minim faedah ini.


Tinggalkan sebuah Komentar