Ini sekadar catatan kecil tentang sesuatu yang tersisa dari pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banjarbaru, Erna Lisa Halaby dan Wartono pada Sabtu, 21 Juni 2025 lalu. Tentu saja pesan Erna Lisa Halaby, Wali Kota terpilih, agar ucapan selamat diberikan dalam bentuk bunga atau pohon hidup perlu diapresiasi dengan baik.
“Bagi yang mengucapkan selamat atas pelantikan Wali Kota dan Wakil Wali Kota terpilih, Ibu Lisa berpesan untuk bisa memberikan bunga hidup atau pohon, sehingga lebih bermanfaat,” demikian disampaikan oleh Pj. Wali Kota Banjarbaru ketika itu, Subhan Nor Yaumil jelang pelaksanaan pelantikan, sebagaimana kata berita.
Beliau juga menambahkan, bahwa penggantian ucapan selamat dengan tanaman hidup juga diharapkan dapat mengurangi sampah. Sementara, tanaman hidup dapat dimanfaatkan dengan cara ditanam. Pelantikan sudah pun berlalu beberapa hari lalu. Namun ada yang rasanya mengganjal di sudut mata tentang hal ini.
Bagi yang melintasi Jl. Panglima Batur khususnya di depan Balai Kota Banjarbaru, tentu dapat melihat, betapa banyak papan karangan bunga ucapan selamat yang berderet-deret menghiasi balai kota ketika itu. Ucapan itu dikirimkan oleh beragam pihak. Apakah senada dan seirama dengan pesan Bu Wali? Silakan nilai sendiri.
Pada antara seluruh papan ucapan itu, ada beberapa yang membuatku tidak bisa menahan gelak tawa. Lihat saja foto di atas. Ucapan dari Subhan Nor Yaumil selaku Pj. Wali Kota saat itu, dan dari Sirajoni, Pj. Sekda Kota Banjarbaru. Dua pimpinan tertinggi di lingkungan Pemerintah Kota Banjarbaru saat itu.
Bagaimana tidak tergelak? Pejabat nomor satu di Pemko Banjarbaru saat itu, menyampaikan pesan yang sangat bagus, pada kenyataannya mengingkari apa yang telah disampaikan sendiri. Mungkin bisa berkilah, itu ‘kan pesan dari Bu Wali, bukan dari beliau sendiri. Atau bisa pula lempar badan. Bahwa itu staf yang pesan.
Jika karangan bunga ucapan itu dikirimkan oleh bukan dari jajaran Pemko Banjarbaru, misalnya saja DPRD Kota Banjarbaru, tentu kelucuannya jauh berkurang. Saat Pj. Wali Kota dan Pj. Sekretaris Daerah yang melakukannya, jelas kelucuannya maksimal, dengan tetap tergantung pada selera humor masing-masing.
Mungkin hal seperti ini memang sudah menjadi tabiat manusia. Kerap kali menyampaikan sesuatu yang dirinya sendiri tidak melakukan. Tapi masih lumayan, minimal berada dalam konteks saling mengingatkan. Walau rasanya akan menjadi berbeda, ketika yang berbicara itu adalah manusia yang memiliki jabatan.
Pelajaran yang bisa diambil sangat sederhana. Perhatikanlah lurusnya ucapan dan tindakan. Termasuk ketika berbicara soal sampah. Jangan sampai ucapan atau pernyataan itu sendiri yang kemudian akan menjadi sampah. Berbahagialah mereka yang bisa menjaga kelurusannya. Merenunglah bagi yang tidak.


Tinggalkan sebuah Komentar