Hampir pukul satu dini hari, di Kota Banjarbaru malam ini. Itulah waktu yang ditunjukkan jam saat tiba di rumah. Setelah sebelumnya ke beberapa tempat, kemudian menyusuri sebagian ruas jalan di Banjarbaru. Purnama kemarin mungkin masih bersisa. Keindahan yang berulang.
Itu, lampu-lampu jalan juga menyala. Sesuatu yang jujur saja sampai sekarang tak kutahu persis, apakah pakai saklar ataukah menggunakan timer. Namun jika nyala-padamnya begitu tertib dan tepat waktu, maka curigalah itu menggunakan pengatur waktu otomatis.
Namun nyata adanya, ada yang tak bisa diabaikan. Aroma asap begitu terasa. Ya… benar. Ini memang sudah musim kemarau. Selalu saja begitu. Entah sudah untuk tahun keberapa kali ini. Saat kemarau menjelang, kabut asap rajin bertandang.
Sejak dulu lagi, sudah kuyakini jika Banjarbaru ini ketiban sial belaka. Dapat kiriman asap entah dari mana. Rasanya Banjarbaru tak memiliki luasan lahan yang cukup untuk dapat memproduksi asap sebegitu rupa.
Kini, ketika kabut asap mulai menyapa, masih banyak waktu untuk kemarau bersisa. Kabarnya hingga awal Desember 2015 mendatang. Tak salah untuk berdoa, semoga kabut tak sepekat yang pernah ada. Karena berusaha juga tiada daya.
bumi, maafkanlah kami
jika tanahmu tak sepenuhnya tersentuh cahaya bulan
ingin kukatakan itu sebab bulan begitu jauh
tapi itu bohong, dan kau tahu itu
Sudahlah… kuhentikan saja menulis saat ini. Perasaan semacam sedang rusak karena kabut asap. Ini soal yang selalu terjadi. Percuma kata-kata!


Tinggalkan sebuah Komentar