Ini memang soal vaksinasi COVID-19, tapi tidak di Indonesia, melainkan di Filipina. Karena presidennya, Rodrigo Duterte menyebut dirinya jengkel dengan orang-orang yang menolak divaksinasi. Bahkan Duterte mengancam akan mengirim mereka ke penjara. Duterte juga mengancam akan menyuntik mereka dengan vaksin untuk babi.
“Kalian semua keras kepala!” kata Duterte. Ia juga mengatakan bahwa mereka yang menolak untuk disuntik harus meninggalkan negara itu, dan pergi ke India atau Amerika Serikat. Setidaknya begitu kata beberapa berita yang terbaca dari media luar negeri. Duterte memang dikenal dengan ucapan dan tindakannya yang tidak biasa.
Pernyataan-pernyataan Duterte tersebut menimbulkan reaksi dari sejumlah pihak. “The statement must be in the context of providing positive and clear directions of the vaccination program in the next six months and not issue verbal invectives which might offend the already confused and undecided vaccinees,” respon Dr Tony Leachon. Masih banyak ragam respon lainnya.
Bagaimana dengan program vaksinasi COVID-19 di Indonesia?
Berdasarkan data resmi per-21 Juni 2021, sejumlah 23.265.773 orang telah mengikuti vaksinasi pertama dan sejumlah 12.320.386 orang telah mengikuti vaksinasi kedua, dari target vaksinasi 181.554.465 orang.
covid19.go.id
Kalau di Kota Banjarbaru sendiri bagaimana? Banyak yang mau atau banyak yang tidak mau untuk divaksin?
Entahlah. Karena saat ini program vaksinasi juga masih terbatas, belum menjangkau masyarakat luas secara umum. Terkini yang sedang berlangsung di sini adalah untuk lansia. Sekali waktu pernah pula melihat antusiasme lansia mengikuti vaksinasi di Puskesmas Banjarbaru Utara. Program itu kemudian diperpanjang. Entah karena antusiasme yang tinggi, atau target yang belum tercapai. Semoga karena antusiasme.
Tapi juga menemukan beberapa kawan yang tidak bersedia divaksinasi. Ada yang memang dari awal tidak mau, ada pula yang tadinya mau kemudian berubah pikiran dari mau menjadi tidak mau. Dari seluruh alasan yang dikemukakan bagi yang tidak mau, pada dasarnya sih sama, bahasanya saja yang berbeda.
Hanya saja sekali waktu, pernah berbincang dengan seorang kawan. Ia masuk kelompok yang berubah pikiran. “Jangan sampai keputusanmu soal vaksinasi ini membuatmu menjadi syirik secara diam-diam. Karena merasa hidup matimu karena vaksin. Tidak. Sama sekali tidak. Hidup sudah ada waktunya. Semua sudah ditentukan, dan bukan oleh vaksin,” demikian lebih kurangnya.
Vaksin memang bukan tameng sakti yang dapat memberikan jaminan 100%. Vaksinasi adalah salah satu usaha rasional yang patut dilakukan dalam masa pandemi ini. Untuk melindungi diri sendiri, terlebih lagi orang lain. Seperti laiknya mengenakan jas hujan atau payung saat hujan deras. Mungkin masih akan terkena percikan air, tapi setidaknya tidak akan basah kuyup.
Jadi, mau divaksin?


Tinggalkan sebuah Komentar