Memandang dari Bukit Bandangan

Bukit Bandangan, Desa Padang Panjang, Kec. Karang Intan
Bukit Bandangan, Desa Padang Panjang, Kec. Karang Intan Dok. Pribadi

Namanya Bukit Bandangan. Memiliki jarak tempuh yang tidak sampai 30 (tiga puluh) menit dari pusat Kota Banjarbaru. Hanya saja ia tidak terletak di wilayah administrasi Kota Banjarbaru, melainkan di wilayah Kabupaten Banjar. Tepatnya di Desa Padang Panjang, Kecamatan Karang Intan. Menurut aparat desa setempat, Bukit Bandangan akan dibuat menjadi sebuah lokasi wisata alam. Dibuka secara resmi untuk publik pada Desember 2022 mendatang.

Karena saat ini masih dalam tahap persiapan, maka adalah wajar jika masih terlihat banyak persiapan atau pengerjaan beberapa hal di sana. Contohnya nampak terlihat pengerjaan pembuatan taman bunga. Tapi jangan bertanya akan ada bunga apa saja di sana. Karena tempo hari lupa menanyakan hal tersebut. Juga terlihat semacam kolam air. Kolam? Bukan sungai? Ya, sepertinya begitu. Karena yang terlihat adalah begitu. Entah kelak saat sudah dibuka resmi, apakah akan menjadi sungai.

Taman bunga itu letaknya di bagian bawah Bukit Bandangan. Masih ada lokasi lain, yakni Puncak Bukit Bandangan, yang setidaknya sampai dengan saat ini untuk mencapainya harus ditempuh dengan berjalan kaki. Bisa juga menggunakan motor, namun terbatas. Baik terbatas perihal infrastruktur jalannya, dan terbatas aneka hal lainnya.

Puncak Bukit Bandangan, Desa Padang Panjang, Kec. Karang Intan.
Memandang alam dari Puncak Bukit Bandangan, Desa Padang Panjang, Kec. Karang Intan.

Bukit yang terlihat pada foto di atas bukanlah Puncak Bukit Bandangan, melainkan bukit tetangganya. Sialnya sudah lupa namanya. Padahal baru beberapa hari lalu dikasih tahu. Untuk menuju puncak Bukit Bandangan diperlukan cukup waktu dan tenaga. Persoalan waktu dan tenaga ini menjadi tentatif. Sebab kali pertama bertanya kepada kawan yang pernah ke sana, disampaikannya hanya perlu waktu ± 15 menit. Saat dikonfirmasi, dia hanya tertawa.

Jika berdasarkan pengalaman pribadi tempo hari, maka perlu waktu ± 60 menit alias 1 jam, mungkin agak lebih. Perlu ditekankan, bahwa itu adalah bagi orang yang tidak memiliki pengalaman pendakian, atau jalan kaki jauh naik-turun gunung. Soal tenaga? Oh, ini juga memegang peranan. Sebab nyatanya tempo hari harus menahan rasa lelah dan pegal yang luar biasa. Baik saat jalan, maupun setelahnya, begitu kembali ke rumah.

Puncak Bukit Bandangan nampaknya dibuat menjadi lokasi perkemahan. Camping Ground. Itulah sebabnya saat itu, pada 16-17 Agustus 2022 lalu, lebih dari seratus orang urun serta dan berkemah di sana. Saat tanggal 16 Agustus malam hari itulah jadi mengerti, ternyata banyak orang yang memilih berjalan menuju lokasi di malam hari. Kata kawan, mereka memang cenderung suka memilih waktu seperti itu. Biasanya paling telat jalan naik itu adalah pada kisaran pukul 2 dini hari. Oh… rupanya begitu.

Sebab ada juga orang-orang yang ketika berkemah atau camping, memang menikmati berkemahnya. Sehingga sore hari tenda, dll. sudah siap. Ketika malam datang, ya tinggal benar-benar menikmati suasana berkemahnya saja. Jika pun tidak ada orang-orang yang seperti ini, setidaknya aku adalah satu orang yang seperti itu.

Hanya saja, ketika tempo hari mencoba naik ke Puncak Bukit Bandangan, hal ini pun terjadi ….

"Jatuh goblok" ketika berusaha naik ke Puncak Bukit Bandangan
“Jatuh goblok” ketika berusaha naik ke Puncak Bukit Bandangan

Jika beberapa hal yang sekurangnya terdiri dari “jalan curam dan licin, motor yang salah plus berat, jenis ban keliru, tidak ada skil maupun pengalaman, serta tidak kenal medan” terakumulasi pada satu momen, maka sangat potensial resultannya secara sempurna adalah jatuh goblok.

Jatuh goblok adalah sebuah peristiwa jatuh namun dengan penyebab yang yaaa… gitu deh. Katakanlah lebih disebabkan oleh faktor personal, inheren dengan orangnya sendiri.

Mhd Wahyu NZ

Pangkal masalah utamanya adalah, ketika kawan bilang bahwa bisa saja naik motor. Sebagai sadar diri tidak memiliki kemampuan dan pengalaman “pendakian”, demi mendengar itu, jadi saja bergegas pulang ke Banjarbaru buat ambil motor. Ternyata memang bisa, tapi dengan jenis motor tertentu, serta sampai jarak tertentu saja, plus berbagai syarat perlu dan syarat cukup lainnya.

Untungnya, masih ada untungnya, tidak mengalami cedera serius, hanya sedikit pada bagian lutut. Tapi sempat takut kalau ada ular piton, lalu diemutnya, karena melihat seorang lelaki sedang terbaring dengan nafas tersengal. Apalagi sedang sendirian di tengah hutan pada saat peristiwa terjadi.

Salam,

Mhd Wahyu NZ

1 komentar pada “Memandang dari Bukit Bandangan”

  1. Ping-balik: Merepotkan Tapi Menyenangkan | Mhd Wahyu NZ

Berikan Komentar

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir ke Atas