Sekarang memang sudah jaman canggih, sudah banyak peralatan yang tanpa kabel. Ponsel adalah contoh yang amat sangat nyata. Bicara soal ponsel, nampaknya perangkat modern yang satu ini memiliki kekurangan jika dibandingkan dengan telpon rumah atau telpon biasa yang masih pakai kabel itu, fixed line.
Kekurangan apakah itu? Janganlah bayangkan persolan teknis, kawan… itu terlalu rumit. Ini adalah soal lain yang jauh lebih mengasyikkan. Kekurangan itu adalah dalam hal digunakan untuk bersenang-senang adanya. Tapi, bukankah perangkat jaman sekarang sudah memenuhi banyak keperluan hiburan? Oh, nanti dulu… ini adalah hiburan yang berbeda, sesuatu hiburan yang sangat manusiawi.
Jika tanpa menggunakan fasilitas Caller ID, tentu masih belum bisa tau siapa yang telpon ke rumah. Beda dengan ponsel yang ketahuan siapa gerangan itu orangnya yang kontak, kecuali memang tak simpan nomornya. Sehingga saat telpon rumah berdering, ada semacam sensasi, siapa gerangan yang telpon.
atau… bisa juga ujicoba melakukan apa yang kadang saya lakukan.
Telpon berbunyi, tanpa tau siapa yang telpon, saya angkat gagang dengan nada pasti berkata, “halo, selamat siang… Polsek Banjarbaru dengan **** *****, ada yang bisa kami bantu?”, sembari menyebutkan pangkat dan nama secara sembarangan. Sontak suara perempuan di seberang sana gelagapan. Suara itu saya kenal persis, ternyatalah itu suara acil (tante). Bingung beliau.
Atau, telpon rumah berbunyi, angkat dan bicara baik-baik macam biasa. Itu isteri bertanya sayanya lagi ada dimana, saya bilang lagi di Banjarmasin yang berjarak ±35km dari telpon rumah yang ada di Banjarbaru. Bingung dia, rupanya baru sadar karena terbiasa nelpon ke ponsel, trus bilang, “Banjarmasin? Ini kan ditelpon ke rumah?”. Saya? oh… tinggal bilang, sudah tau nelpon ke rumah masih tanya ada dimana.
Atau, telpon rumah berbunyi, angkat dan diamlah, tanpa bersuara. Ujung sambungan lainnya pasti akan bersuara, “hallo… hallo…”. Nah, kan sudah bisa tau suara siapa itu gerangan. Ternyatalah itu suara mertua saya. Beliau tanya juga, saya ada dimana, kadang saya bilang ada di Landasan Ulin atau biasa disingkat Ulin, yang berjarak ±15 menit dari telpon rumah yg ada di Banjarbaru. Atau bilang ada dimana yang sekeluarnya saja dari mulut di kepala saya.
Bingunglah beliau, mertua saya, “di Ulin? lagi apa? sibuk?”. Sayanya cuma cekikikan, kan tinggal melakukan klarifikasi, “lho… pian memangnya nelpon ke mana? ke rumahkan? ya ini lagi di rumah. kenapa, Bah?” *plakkk…*
Nah, itu dia minimal cara bersenang-senang dengan menggunakan telpon rumah. Ada yang mau nyoba? Tapi memang telpon rumah sekarang kalah pamor sama ponsel, tentu karena banyak alasan. Sampai-sampai Telkom bikin iklan di mana-mana buat memasarkan telpon rumah ini.
Cuma, sering saya bilang sama Kepala Kantor Telkom atau beberapa kawan di Telkom lainnya yang saya kenal, “ga usah bingung kenapa telpon rumah sekarang susah laku, kan yang bikin begitu bukan orang lain, tapi Telkom sendiri, tuuh… gara² Flexinya. hahaha…”.
Ya… jaman boleh berubah, teknologi boleh berkembang, tapi bagi saya tetap saja ada hal-hal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi masa kini. Telpon rumah juga sudah bantu saya, kalau lagi pingin merasakan ketenangan yang lebih.
Demi apapun juga, percayalah kawan… ini bukanlah artikel berbayar dari Telkom, tidak, ini sekedar gara² ingat telpon rumah, dan lusa saya mau ke Malang & jadi teringat dulu waktu ngerjain ibu kost di Malang soal telpon rumah, sehingga beliau menampakkan wajah pasrahnya.



Tinggalkan sebuah Komentar