Apa Kabarmu, Kawan?

Beberapa waktu terakhir ini, tepatnya saat meningkatnya kembali kasus COVID-19, saya memiliki kegiatan baru. Yakni menghubungi kawan-kawan yang sudah cukup lama tak berjumpa, atau pun tak berkomunikasi. Kawan-kawan yang tadinya pernah berkumpul bersama, atau kawan-kawan yang memang dari awal tak pernah berkumpul secara fisik. Tidak hanya kawan-kawan yang seusia atau segenerasi, bisa sampai lintas generasi, baik ke atas maupun ke bawah.

Tujuan umumnya sederhana saja, yakni ingin menyapa dan tetap menyambung tali silaturahmi. Sementara tujuan khususnya memang ingin menanyakan kabar sembari mendoakan semoga sehat dan baik-baik saja dalam masa pandemi yang kembali menggila ini. Senang sekali rasanya jika mengetahui kawan² dalam keadaan sehat dan baik-baik saja.

Dari seluruh kawan yang ditelepon, hanya satu orang yang bergegas ingin menghentikan pembicaraan dan hampir saja menutup telepon. Itu karena kubilang dia mendapatkan hadiah 1 juta rupiah. Rupanya dia ganti telepon, dan nomor kontak tidak dicadangkan, sehingga nomorku hilang tak tersimpan. Sebuah kesempatan untuk bersenang-senang.

Bermacam-macam kabar kawan-kawan yang didapatkan. Ada yang tetap sehat, ada yang sedang sakit 🙁 dan ada yang sudah sembuh. Namun secara umum jauh lebih banyak yang sedang sehat dan/atau sembuh dari sakitnya. Syukurlah.

Pak Harbi misalnya, beliau ada di Jakarta. Seorang yang selalu membantu soal mobilitas jika kebetulan saya sedang di Jakarta. Mulai menjemput hingga kembali mengantar ke bandara. Senang sekali mendengar suara beliau menjawab telepon dengan lantang dan ceria. Masih seperti biasa. Beliau bertanya kapan aku ke Jakarta, kujawab nanti saja dulu.

Pada kesempatan lain, menelepon seorang kawan yang dulu sempat ngumpul di Malang. Terdengar berat suara dan nafasnya, meski melalui telepon. Ternyata dia sedang isolasi mandiri di rumahnya. di Surabaya. Untungnya Budi masih bercanda. Aku yakin akan baik-baik saja. Sebagai catatan, Budi yang ini bukanlah Budi adiknya Wati, yang dalam buku pelajaran SD dulu itu.

Kali lain juga menghubungi kawan yang ada di Sumatera, Ita namanya, ada di Lampung. Ita senang sekali tertawa, tapi pernah menyiksaku soal sepatu. Ketika ditelepon rupanya dia sedang belanja di pasar di sana. Dia bercerita juga pernah kehilangan penciuman selama beberapa waktu. Tapi sudah pulih kembali. Senang sekali bila mendengar kawan sembuh dari sakitnya.

Masih banyak lagi kawan-kawan yang sudah bisa ditelepon. Aku memang lebih memilih untuk menelepon langsung dari pada chat. Chat itu hanya pilihan jika sedang tidak bisa ditelepon. Untuk kawan-kawan yang belum sempat ditelepon, aku hanya bisa mendoakan, semoga dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, semoga segera disembuhkan dari sakitnya jika sedang sakit.

Waktu terus berjalan. Entah siapa lagi yang akan ditelepon atau dihubungi. Laki-laki dan perempuan sama saja. Sebagaimana kata iklan KB pada zaman Orde Baru. Mudah-mudahan makin banyak kawan yang bisa dihubungi, meski untuk sekedar bertanya, “Apa kabarmu, kawan?”.

Tinggalkan Komentar

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Gulir Ke Atas